
Suasana Historia Food and Bar dengan berbagai ornamen. (Foto: Media Publica/Aji)
Jakarta, Media Publica – Kota Tua selalu menyimpan sejuta pesona. Tidak hanya wisata sejarah, wisata kuliner juga patut untuk dicoba. Salah satunya adalah Historia Food and Bar. Restoran yang berada di Jalan Pintu Besar Utara No. 11 ini menghadirkan keunikan yang lain dari restoran lainnya.
Berkunjung ke Kota Tua tak lengkap rasanya jika tidak berwisata kuliner. Khususnya bagi anda yang hobi mencicipi berbagai macam makanan. Dalam kawasan wisata Kota Tua terdapat segala jenis cafetaria maupun makanan ala pinggir jalan yang berjejer rapi. Aroma kuliner yang berbaur seperti kerak telur, soto betawi, es selendang mayang, sate padang dan masih banyak lagi tercium saat pertama kali menginjakkan kaki di kawasan tersebut.
Dari sekian banyaknya cafetaria dan makanan pinggir jalan lainnya, gedung bercat putih dengan papan kecil diatas pintu masuk bertuliskan ‘Historia’ mencuri perhatian kami. Tanpa menunggu lama kami langsung melangkahkan kaki kedalam.
Hal yang pertama terlihat adalah deretan toples berisi berbagai macam rempah hasil bumi nusantara seperti kayu manis, lada, ketumbar, sereh dan lain-lain. Toples tersebut terpatri diatas rak kayu menambah kesan klasik pada tempat tersebut.
Tak hanya di pintu masuk, kami di buat terpana dengan berbagai lukisan mural di dinding Historia Food and Bar dengan konsep Indonesia tempo doeloe. Radika Soleh selaku manajer Historia Food and Bar mengutarakan konsep restoran ini adalah perpaduan antara industri, klasik, dan kontemporer.
“Klasik karena kita berada di kota tua. Pertama masuk kedalam cafe ada lorong yang didindingnya ada toples yang berisikan rempah-rempah sehingga memberikan gambaran kalau dulunya tempat ini merupakan gudang rempah-rempah. Kontemporer itu dari mural kita, dari bangku-bangku yang bercorak yang di maksud kontemporer itu,” jelas laki-laki yang kerap disapa Diko tersebut saat ditemui Media Publica (22/5).

Salah satu papan nama ‘Historia’ sebagai penyambut para pengunjung. (Foto:Media Publica/Aji)
Diko menambahkan ide dari perpaduan konsep tersebut karena Historia Food and Bar ingin membuat pengunjung merasa nyaman. Tanpa mengubah kesan kolonial, Historia Food and Bar tetap tampil menawan dengan konsep kontemporer yang terlihat dari corak bangku pengunjung yang berdesain tribal dan garis-garis. Untuk pijakannya, Historia Food and Bar tetap mempertahankan ubin tua yang sudah tertanam sejak masa kolonial Belanda.
Selain itu, keunikan lain dari tempat ini terletak pada hidangannya yang murni masakan nusantara. Salah satu hidangan yang paling diminati adalah Nasi Sayur Babanci. “Nasi Sayur Babanci merupakan makanan betawi asli yang bahan utamanya dari kelapa, kerena Jakarta dekat dengan pantai sehingga orang Jakarta memanfaatkan bahan kelapa dan ditambah dengan daging dan lain-lain,” terang Diko.
Historia Food and Bar juga memiliki makanan penutup unik yaitu Es Tajin yang merupakan olahan air rebusan beras yang diracik bersama gula dan kayu manis. Selain itu terdapat menu lainnya yang tidak kalah unik seperti mie goreng jawa, bakmi godog, nasi ayam sampyok, ayam bumbu kecombrang, es palu butung, jamrud katulistiwa, dan masih banyak lagi. Untuk harga, Historia Food and Bar berkisar dari Rp. 10.000 – 73.000. Jika anda tertarik untuk berkunjung, tempat ini buka dari pukul 10.00- 22.00 WIB pada hari biasa dan pukul 08.00-20.00 WIB pada hari libur.
Bagaimana tertarik mencoba tempat menarik ini?
Reporter: Elvina Tri Audya, Aji Putra Bartowinata
Editor: Anisa Widiasari