
Aplikasi Steller yang mengusung konsep foto bercerita membuat para penggunanya berusaha untuk mengoptimalkan foto yang dihasilkan.
(Sumber Foto: Akun Steller Davina Ratnaningsih)
Jakarta, Media Publica – Melalui konsep yang berbeda, Steller hadir sebagai sebuah jejaring sosial untuk berbagi foto, video, atau juga teks yang dapat dilebur ke dalam satu cerita. Steller dapat memudahkan penggunanya memilih koleksi foto dan video untuk dirangkai menjadi sebuah cerita interaktif melalui visualisasi buku jurnal. Dengan konsep tersebut, penekanan terhadap pengoptimalan photo story atau foto berseri yang memiliki sebuah cerita juga diperlukan untuk menunjang makna sebuah kisah yang akan kita tampilkan dalam Steller. Guna memenuhi hal tersebut, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan foto seri yang menarik.
Dalam seminar ‘Mengoptimalkan Photo Story dengan Steller’ yang diadakan oleh WKM Telefikom Fotografi sebagai rangkaian acara pameran fotografi ‘IMMORTAL’, membahas mengenai cara untuk menghasilkan photo story yang menarik. Harry Afif Pratama selaku digital strategist Kompas Gramedia dan Rahmad Azhar Hutomo selaku fotografer dan content writer Fotokita.net membagikan pengalaman mereka selama melakukan perjalanan di Indonesia untuk menghasilkan foto cerita di Steller.
“Kita harus riset dulu. Observasi terlebih dahulu daerah yang ingin kita jadikan foto cerita dan hal menarik apa saja yang bisa diangkat dalam objek tersebut. Yang kedua, kita bisa menghubungi orang lokal tempat yang dituju. Hal tersebut berfungsi untuk mengetahui rundown acara, tempat, dan membantu untuk menerjemahkan bahasa lokal,” tutur Harry setelah mengisi seminar Immortal yang diadakan oleh Telefikom Fotografi pada Selasa (24/5) di Historia Gallery, Kota Tua, Jakarta Utara.
Adapun yang membedakan antara foto cerita dengan jenis foto lainnya, seperti terdapat teks sebagai pendukung foto tersebut. Foto cerita merupakan merupakan kumpulan dari foto-foto tunggal yang membentuk suatu cerita dan saling berkesinambungan. Di dalam foto cerita terdapat teks yang menjadi pendukung dari foto cerita tersebut.
Menurut Rahmad, bagus atau tidaknya foto cerita, dapat terlihat dari dampak yang diberikan foto kepada masyarakat luas, “contohnya sih, waktu itu saya mengangkat tentang penyakit anak kronis dan ketika foto kita banyak dilihat oleh orang dan membuat foto tersebut menggerakan mereka untuk membantu, maka bisa disimpulkan bahwa foto saya berhasil dan berdampak pada masyarakat luas,” sambung Rahmad.
Harry menambahkan bahwa aplikasi Steller memiliki stimulus untuk mengajak pengguna bercerita dibandingkan jejearing sosial yang lain. Dalam jejaring sosial yang lain, pengguna hanya mempublikasikan foto terbaiknya. Dengan applikasi Steller, selain pengguna dapat mempublikasi foto terbaiknya, mereka dapat menceritakan momen yang terjadi dalam foto terbaiknya.
“Sebenarnya, dengan Steller mengajak orang untuk lebih bercerita dengan rangkaian foto. Steller lebih menstimulus penggunanya untuk membantu bercerita,” sambung Afif.
Reporter: Mohammad Thorvy Qalbi
Editor: Dianty Utari Syam