Oleh : Rarasati Anindita*
Media Publica – 20 Mei 1908 menjadi awal peristiwa penting dimana bangkitnya semangat nasionalisme untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sedikit mengingat sejarahnya, terdapat sekelompok kaum terpelajar Indonesia yang memiliki keinginan untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia dari belenggu penjajah, salah satunya Dr. Wahidin Sudirohusodo. Ia bersama beberapa mahasiswa STOVIA (sekolah pendidikan dokter Hindia Belanda) memanfaatkan peluang jalur pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian ia memanfaatkan politik balas budi pemerintahan Belanda di bidang pendidikan dengan mendirikan organisasi Budi Utomo sebagai strategi awal memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Kelahiran Budi Utomo menginspirasi berdirinya berbagai organisasi di pelosok tanah air untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan kemerdekaan Indonesia. Berkat kaum terpelajar inilah yang membawa semangat nasionalisme dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa. Kebangkitan nasional merupakan masa dimana bangkitnya semangat mempertahankan kedaulatan sebuah negara untuk bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia.
Kini, berkembangnya zaman melahirkan permasalahan baru yang dihadapi bangsa Indonesia. Arus globalisasi, masuknya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) hingga pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi merupakan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Masyarakat terutama pemuda yang menjadi generasi penerus harus siap menghadapinya disamping usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah semangat nasionalisme tersebut masih terjaga di era modernisasi ini?
Seringkali masyarakat goyah dengan tantangan tersebut sehingga mempengaruhi rasa nasionalisme dalam diri. Satu contoh sederhana yakni kecintaan pada produk buatan lokal. Era globalisasi memungkinkan industri perdagangan terbuka dan bersaing satu sama lain. Berbagai macam produk-produk merk luar yang bergengsi dan berkualitas masuk ke Indonesia sehingga masyarakat lebih menyukai produk luar dibanding produk lokal. Produk lokal pun mulai ditinggal peminatnya seakan pesimis dengan produk Indonesia.
Padahal banyak pemuda yang mulai mengembangkan bisnis dan usaha di berbagai jenis industri. Mulai dari kuliner, fesyen, inovasi jasa pelayanan dan kebutuhan gaya hidup lainnya yang kualitasnya pun tak kalah bersaing. Tak hanya itu, banyak pula produk-produknya yang dijual di negeri tetangga dan bahkan terkenal di negara maju seperti di Amerika.
Contoh lainnya Indonesia juga menghadapi masalah ketahanan bangsa secara kultural. Munculnya kasus kekerasan ataupun penganiayaan menjadi salah satu dari beberapa masalah kultural yang terjadi terutama pada generasi muda. Rasa nasionalisme diperlukan dalam diri sebuah bangsa karena itulah yang menjaga keutuhan sebuah bangsa. Sebuah negara akan berdiri kokoh walau diterpa oleh pengaruh apapun bila rasa nasionalisme dalam diri bangsanya kuat dan bertahan. Apa jadinya bila rasa nasionalisme dalam negara itu mati? Negara tidak akan memiliki jati diri dan tujuan kedepan yang jelas.
Inilah saatnya untuk bersikap optimis terhadap Indonesia. Keyakinan bahwa Indonesia negara yang mampu mewujudkan cita-cita bangsanya demi kepentingan nasional. Masyarakat seharusnya peka terhadap apa potensi yang dimiliki negara ini, kemudian menyatukan kemampuan tersebut untuk mewujudkan pembangunan nasional. Dari situ pula dapat tumbuh kembali semangat nasionalisme dalam diri masyarakat. Diperlukan juga pemahaman serta pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme dalam diri masyarakat terutama pemuda sebagai generasi penerus bangsa.
Tantangan sekarang berbeda dengan tantangan saat pra kemerdekaan Indonesia. Jika semangat nasionalisme dulu diarahkan untuk kemerdekaan Indonesia, kini semangat tersebut diposisikan secara ideal untuk kepentingan pembangunan nasional. Hari kebangkitan nasional seharusnya dapat mengingatkan pemuda pada semangat nasionalisme perjuangan kaum terpelajar dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
*penulis adalah pemimpin redaksi periode 2015-2016