Singapura, Media Publica – Indonesia kembali harum namanya setelah Mahasiswa S-2 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Firman Azhari, 23 tahun, berhasil menjadi juara pertama lomba Cyber Security for the Next Generation. Ia berhasil dalam lomba gelaran Kaspersky Academy itu dengan temuannya berupa detektor keamanan kartu berteknologi Near Field Communication (NFC).
Lomba yang digelar pekan lalu di Singapura, tepatnya di National University of Singapore itu mengadu inovasi karya 20 finalis dari kawasan Asia Pasifik, Afrika, dan Timur Tengah soal keamanan informasi dan data di dunia maya (cyber). Bersama juara kedua Rayne Reid mahasiswa dari Afrika Selatan, dan Yuxin Meng mahasiswa di Hongkong, dari wilayah tersebut, Firman menjadi wakil tunggal dari Indonesia yang akan menuju ke tahap final puncak di Royal Halloway University of London, pada 25-26 Juni 2013.
NFC dalam bahasa elektronika adalah kepanjangan dari Near Field Communication atau dalam bahasa sederhana dalam jarak dekat, data antara dua perangkat berbeda bisa dipindahkan.
“NFC bekerja dalam medan dengan jarak dekat, jadi secara efektif kita bisa melakukan komunikasi dengan kartu atau apa pun dalam jarak efektif 1-3 cm,” kata Firman dalam wawancara dengan BBC Indonesia, Rabu (10/4).
Dalam lomba di Singapura tersebut, ia membahas keamanan kartu berbasis NFC seperti kartu prabayar dalam makalah yang berjudul “Detection of Security Vulnerability in Indonesian NFC Application“.
Firman juga menghadapi beberapa pesaing dari Negara lain, namun ia akhirnya berhasil setelah dapat “mencuri” isi kartu tanda mahasiswa Malaysia yang juga berfungsi sebagai kartu perjalanan elektronik untuk bus dan kereta api. Berkat temuannya ini, Firman berhasil mendapatkan uang sebesar $1.000.
Menurutnya, ancaman akan keamanan kartu berbasis NFC muncul setelah banyak produk telepon pintar membenamkan teknologi NFC dalam ponsel terbaru mereka. Namun, pengguna kartu prabayar di Indonesia tidak perlu khawatir, karena mayoritas terbilang aman.
“Di Indonesia kartu berbasis NFC banyak dipakai untuk kartu prabayar yang tidak terhubung dengan simpanan, kalau di negara lain kartu kredit sudah ditanamkan NFC,” ucapnya.
Ia mengatakan, beruntunnya kasus pembobolan kartu NFC seharusnya membuat para penerbit kartu menerapkan sistem keamanan mumpuni dan untuk mengikuti tren teknologi khususnya NFC.
“Karena kalau tidak di-update informasi tentang kerentanan keamanan bisa jadi tidak diketahui dan akhirnya asal terbit atau asal issue karena cuma mementingkan mudah dan cepat tapi tidak memikirkan sisi keamanannya,” kata dia. Ia juga menyarankan agar para penerbit kartu melakukan semacam benchmark dengan institusi dalam dan luar negeri, seperti di Eropa.
Temuan Firman berupa perangkat lunak (software) bernama NFC Inspector. Aplikasi buatan sendiri itu berguna untuk memeriksa keamanan kartu-kartu pembayaran berteknologi NFC (Near Field Communication). Sejumlah bank, penyedia jasa hiburan, atau pengelola gedung di Indonesia, misalnya, telah memakai kartu berteknologi NFC untuk pembayaran atau akses masuk.
Sumber : memobee.com & tempo
Editor : Dianty Utari Syam